Sabtu, 16 April 2011

Jenis Bahan Bangunan Yang Aman

Perlu kita ketahui bahwa bahan bangunan / material bangunan memegang peranan penting dalam suatu kontruksi bangunan ini menentukan kekuatan, keamanan, keselamatan dan keawetan suatu bangunan. Pemilihan bahan bangunan yang tentunya bisa dilihat kasat mata dan didasarkan oleh pengalaman para kontraktor / orang yang berpengalaman dalam memilih material bahan bangunan bisa dibedah sbb:

1. Bahan bangunan berupa PASIR yang memenuhi criteria material bangunan yang baik / berkualitas

A.berbutir tajam

B.besaran butiran beraneka ragam

C.tidak mengandung bahan organis

D.Yang mengandung lumpur selepas dikepal masih ada yang menempel

2. Bahan bangunan berupa KERIKIL

A.keras tidak berpori

B.berbentuk tajam

C.Besaran beraneka ragam

D.besar kerikil max 1/5 lebar untuk balok

E.besar kerikil max 1/3 lebar plat

3.KAPUR tidak terlalu banyak dalam kebutuhan material bangunan tetapi juga perlu diperhatikan

A.putih bersih berbutir halus

B.bahan baku karang bukit lebih baik

C.bahan baku karang laut kurang baik

catatan sebelum digunakan simpan ditempat yang kering/tidak kehujanan

Rumah Tradisional Limasan Gajah Mungkur

Merupakan rumah tradisional Jawa jenis Limasan yang mememiliki perpaduan model, yaitu bentuk “rumah model limasan” dengan bentuk “ rumah model kampung”. Perpaduan dua buah model rumah jawa ini menjadikan bangunan tersebut memiliki tutup keong pada salah satu konstruksi penutup atapnya sedangkan bagian yang lain menggunakan balok dudur yang membentul atap limasan. Jika dilihat dari sumbu simetris keseluruhan bangunan, maka rumah ini menggunakan setengah model kampung dan setengahnya lagi menggunakan struktur atap limasan. Bangunan ini menggunakan tiang atau saka sebanyak 8 buah, 10 buah dan kelipatan seterusnya. Keseluruhan bangunan ini menggunakan konstruksi kayu keras seperti kayu Jati, kayu sonokeling, kayu nangka dan jenis kayu jawa kuat lainnya. Bangunan ini memiliki satu buah “wuwungan”. Jika dilihat dari bentuknya, bangunan ini dapat diposisikan pada exixting site yang menempel dengan bangunan tetangganya dan dapat ditambahkan besaran ruangnya secara memanjang disesuaikan dengan kebutuhan yang diinginkan. Keseluruhan tiang atau saka berdiri pada pondasi jenis “Umpak” yang biasanya terbuat dari batu keras dan diberi purus pada bagian tengah batunya. Fungsi “purus” tersebut untuk mengunci kestabilan kayu terhadap gaya geser konstruksi. Kayu juga sering digunakan sebagai umpak. Jenis kayu yang digunakan sebagai umpak biasanya bagian terkeras dari batang pohon yaitu bagian bonggol batang kayu.

Bata Alternatif

Selama delapan tahun bergelut dengan sampah, H Sudarno ST selalu diremehkan teman-temannya. Tak jarang pula ia dianggap ‘gila’, karena berkeinginan menyulap limbah domestik menjadi barang-barang yang berguna. Menerima kenyataan seperti itu, pria yang karib disapa Darno ini mengaku tidak patah arang. Ia justru semakin terlecut semangatnya. Tentu, jerih-payah Darno akhirnya benar-benar membuahkan hasil. Sebuah penghargaan prestisius, Kalpataru, diberikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, pada awal Juni 2007. Kegigihan Darno menyelamatkan lingkungan, kini telah membuahkan bukti konkret. Ada empat produk Darno yang menjadi “barang-barang berharga tepat guna” dari limbah domestik itu. Pertama, batem (batu tengahnya macem-macem, berupa sampah) sebagai alternatif batu bata atau batako. Rumah yang ia tinggali dibuat dari batem ini. Kedua, ia juga memproduksi Manis Bara Sudarno (MBS), yaitu cairan menghilang bau busuk; ketiga, tongnopos (Tong Sudarno Kompos), bermanfaat sebagai pupuk tanaman; dan keempat, lumpur ajaib, yaitu bongkahan penyaring limbah beracun. Kini, Darno masih melakukan penelitiannya untuk memproduksi kerikil berbahan sampah plastik, serta pasir dari bahan sampah styrofoam. Kisah pergumulannya dengan sampah yang bagi banyak orang dianggap menjijikkan dan kotor itu diawali Darno pada 1999. Kala itu, pria yang memiliki laboratorium mini di rumahnya ini masih bertugas sebagai staf Dinas Perumahan dan Kesehatan Lingkungan. Di kantor dinas itu, ia dipercaya mengolah limbah domistik dengan cara dibakar. Dengan tugas itu, ia mempelajari tupoksi (tugas pokok dan fungsi) yang berhubungan dengan tanggung jawab kerjanya. Setelah memahami tupoksi kerja, pria kelahiran Caruban, Madiun, Jawa Timur –persisnya 10 Juli 1954– itu mulai melakukan penelitian secara sederhana terhadap sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Keputih, Surabaya Timur. Melihat sampah yang menggunung dan menebar bau busuk di area TPA Keputih –yang juga mengundang protes keras dari warga yang bermukim di sekitar TPA– itu Darno lantas mengaku ‘takabur’. “Saat itu keluar sombong saya. Dalam hati saya mengatakan, ‘Saya ini orang desa, lulusan ITS, masak membakar sampah saja tidak bisa’,” kenang anak kedua dari delapan bersaudara pasangan Djojo Kasidjan dan ibu Saginah itu, kepada Republika. Saat itu, di TPA Keputih ada empat unit mesin pembakar sampah yang dibeli pemkot dari Jerman. Namun, mesin-mesin itu nyaris jarang terpakai karena biaya operasionalnya terlalu tinggi. Dari situlah, Darno mulai memutar otak untuk mencoba melakukan pembakaran sampah sendiri di rumahnya kawasan Kutisari Utama II C, Surabaya. Saat kali pertama membakar sampah, ia menggunakan dandang (alat memanak nasi). “Satu minggu melakukan uji coba, alat dandang itu kemudian dicuri pemulung,” tutur Darno. Staf Tata Usaha (TU) Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya itu lalu membuat dandang lagi dengan ukuran lebih besar. Namun, uji coba ini gagal. Dandang meledak saat dipakai untuk membakar sampah, belum sampai tiga menit. Sungguh pun begitu, ia tidak kendor bereksperimen. Ia membuat tempat pembakar sampah dari drum yang dilengkapi peralatan blower, shower, blander. Ketika alat ini mulai bisa membakar sampah tanpa asap, ia mendapat protes para tetangga. Kegiataan Darno dianggap mengganggu lingkungan rumahnya. “Ya, akhirnya saya meminta maaf kepada tetangga yang merasa terganggu, dan saat itu pula saya langsung menghentikan kegiatan pembakaran sampah itu,” ujar pria yang selalu berpenampilan sederhana dan ramah ini. Pengganti batu bata Darno seperti memperoleh hikmah dari peristiwa itu. Ia pun mengalihkan uji cobanya membuat batu bata dari bahan sampah yang kemudian ia namakan batem. Batem itu, bagian tengahnya berupa 30 jenis sampah, baik organik maupun anorganik (sampah sulit membusuk): Plastik, pecahan kaca, karet, styrofoam, aluminium, pecahan keramik, dan sebagainya, dicampur dengan sampah organik berupa kulit durian, kacang, manggis, kulit telur, kulit kerang, dan lainnya. Kemudian dibalut dengan semen yang dicampur pasir. Semuanya dipadatkan dengan mesin. Kini, batem produksi suami Salamah ini telah banyak dipesan orang. Meski hanya mampu memproduksi 400 batem per hari, ia mengaku sangat senang, karena bisa mempekerjakan delapan orang pekerja dengan penghasilan cukup lumayan. Ayah empat anak –Sri Astuti, Sri Rahayu, Setyo Budi Prasojo, dan Handika Plumasasmuka– ini menjual batem dengan harga Rp 1.200 per biji berukuran standar, 22x15x10 cm (berat 5 kg). Ihwal kekuatan daya beban batem, Darmo menjamin lebih kuat daripada batu bata biasa atau batako. “Kalau batem saya, daya kekuatan bebannya tujuh ton, batu bata lainnya hanya satu ton,” ujar Darno. Batem ini telah memperoleh rekomendasi resmi dari Jurusan Teknik Sipil ITS sebagai alternatif pengganti batu bata. Penggemar buku-buku tasawuf ini berharap ada investor yang mau bekerja sama memproduksi batem secara massal. “Tetapi, kerja saya ini yang utama bukan mencari keuntungan materi. Terpenting adalah bagaimana masalah lingkungan, khususnya sampah ini bisa diatasi,” ujar alumnus Teknik Sipil ITS itu. Lantas “ilmu” apa yang membuat Darno mampu mengolah sampah-sampah itu? Dengan lugasnya ia mengakui selama ini ilmu yang diperolehnya awalnya hanya coba-coba saja. Darno mengaku tidak pernah mempunyai referensi khusus tentang batem, misalnya. “Saya tidak pernah belajar dengan siapa pun atau membaca lewat buku literatur. Semuanya merupakan petunjuk dari Allah SWT,” tutur anak pejuang dan tokoh Partai Masyumi (Majelis Muslimin Indonesia) Caruban, Madiun, ini dengan polosnya. Ia meyakini langkahnya dalam mengolah sampah, meski ia harus menerima cemoohan. “Rumah yang saya bangun dengan batem pun disebut sebagai rumah bau sampah,” ujar Darno yang mengaku tak perlu marah atas segala cemoohan kepadanya. n m anis fathoni

Penutup Atap

Jenis-jenis Material Penutup Atap PDF Cetak E-mail
Selasa, 01 Februari 2011 15:44
atap_gentengSetiap jenis material penutup atap punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Anda bisa memilihnya dengan mempertimbangkan penampilan, kepraktisan, bentuk, dan rencana desain. Ada beberapa jenis material atap yang saat ini banyak digunakan, yaitu sebagai berikut.

Atap sirap
Penutup atap yang terbuat dari kepingan tipis kayu ulin (eusideroxylon zwageri) ini ketahanannya tergantung keadaan lingkungan, kualitas kayu yang digunakan, dan besarnya sudut atap. Penutup atap jenis ini bisa bertahan hingga 25 tahun atau lebih. Bentuknya yang unik cocok untuk rumah-rumah bergaya pedesaan yang menyatu dengan alam.

Atap genteng tanah liat tradisional
Material ini banyak dipergunakan untuk rumah. Gentang terbuat dari tanah liat yang dicetak dan dibakar. Kekuatannya cukup baik. Untuk memasang genteng tanah liat membutuhkan rangka. Genteng dipasang pada atap miring. Genteng menerapkan sistem pemasangan inter-locking atau saling mengunci dan mengikat.

Seiring waktu, warna dan penampilan genteng akan berubah. Pada permukaannya biasanya akan tumbuh jamur. Bagi sebagian orang dengan gaya rumah tertentu mungkin ini bisa membuat tampilan tampak lebih alami, namun sebagian besar orang tidak menyukai tampilan ini.

Atap genteng keramik
Material genteng ini berbahan dasar tanah liat. Namun genteng ini telah mengalami proses finishing, jadi permukaannya sudah diglasur. Lapisan ini dapat diberi warna yang beragam untuk melindungi genteng dari lumut. Ketahanannya sekitar 20–50 tahun. Aplikasinya sangat cocok untuk hunian modern di perkotaan.

Atap genteng beton
Bentuk dan ukurannya hampir sama dengan genteng tanah tradisional, hanya saja bahan dasarnya adalah campuran semen PC dan pasir kasar. Bagian luarnya diberi lapisan tipis yang berfungsi sebagai pewarna dan lapisan kedap air. Sebenarnya atap ini bisa bertahan lama, tetapi lapisan pelindungnya hanya akan bertahan antara 30 hingga 40 tahun.

Atap seng
Atap ini terbuat dari lembaran baja tipis yang diberi lapisan seng secara elektrolisis yang tujuannya untuk membuatnya jadi tahan karat. Jadi, kata 'seng' berasal dari bahan pelapisnya. Jenis ini akan bertahan selama lapisan seng ini belum hilang. Jika sudah lewat masa itu, atap akan mulai berkarat dan bocor.

Atap dak beton
Atap ini biasanya merupakan atap datar yang terbuat dari kombinasi besi dan beton. Penerapannya biasanya pada rumah-rumah modern minimalis dan kontemporer. Karena konstruksinya kuat, atap ini dapat digunakan sebagai tempat beraktivitas, misalnya untuk menjemur pakaian dan bercocok tanam dengan pot.

Kebocoran pada atap dak beton sering sekali terjadi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan pada bagian cor-nya dan pada saat memasang lapisan waterproof pada bagian atasnya.

Atap genteng metal
Atap ini berbentuk material lembaran, mirip seng. Genteng ini ditanam pada balok gording rangka atap dengan menggunakan sekrup. Pemasangannya tidak jauh berbeda dengan genteng tanah liat. Ukurannya lebih besar dari genteng tanah liat, yakni sekitar 60–120 cm, dengan ketebalan 0,3 mm.

Genteng aspal
Material genteng yang satu ini bersifat transparan, terbuat dari campuran lembaran bitumen (turunan aspal) dan bahan kimia lain. Ada dua model yang tersedia di pasaran. Pertama, model datar bertumpu pada multipleks yang menempel pada rangka, dan jenis yang kedua, model bergelombang yang pemasangannya cukup disekrup pada balok gording.

Atap ini biasanya dipilih dan dipasang untuk memberi penerangan alami dalam rumah pada siang hari. Biasanya dipasang pada bagian rumah yang tidak mendapatkan cahaya langsung dari jendela, atau sebagai aksen yang melengkapi desain sebuah rumah. Bentuknya pun bermacam macam, ada yang berbentuk lembaran kaca atau genteng kaca sesuai kebutuhan.

Atap polikarbonat
Atap ini berbentuk lembaran besar yang dapat dipasang tanpa sambungan. Keunggulan polikarbonat adalah pada kualitas materialnya dan ketahanannya terhadap radiasi matahari. Atap jenis ini biasanya dipakai pada kanopi atau atap tambahan. Atap polikarbonat dapat dipasang dengan mudah dan cepat, namun harganya memang lebih mahal dari atap lainnya.

Bahan Bangunan Alternatif

Dewasa ini semakin banyak jenis Bahan Bangunan pabrikasi. Adakah bahan bangunan ini ramah lingkungan? Apakah tidak lebih baik menggunakan bahan bangunan yang ekologis?

Kalau berjalan-jalan ke toko bangunan, semakin banyak saja bahan bangunan baru yang ditawarkan. Kondisi ini jelas menguntungkan bagi konsumen. Semakin banyak alternatif, semakin banyak pula pilihan untuk mewujudkan sebuah bangunan.

Tak dipungkiri, semakin beragamnya bahan bangunan, semakin terbuka kesempatan bagi seseorang untuk mewujudkan sebuah bangunan. Misalnya untuk membuat dinding. Dulu, orang menggunakan kayu atau gedhek sebagai dinding. Sejak adanya bata, orang beralih menggunakan bata, dan bangunan pun menjadi lebih kokoh dan permanen. Belakangan, muncul batako yang dari semen, terus ada beton ringan aerasi, ada juga papan gipsum dan semen, hingga beton cetakan sebagai dinding.

Berbagai Bahan Bangunan alternatif dibuat dengan tujuan untuk memberikan berbagai kemudahan dan kecepatan dalam mewujudkan sebuah bangunan. Bicara soal dinding lagi misalnya. Membuat dinding dari bata merah mulai dirasa lama. Ini antara lain karena ukuran bata kecil-kecil (6cmx10cmx20cm), sehingga ketika harus merangkainya menjadi sebuah dinding (katakanlah 3mx3m) dibutuhkan waktu lebih satu hari. Untuk satu meter persegi dinding, paling tidak seorang tukang harus menyusun 40-50 bata dan merangkainya satu per satu dengan adonan semen. Waktu pembuatan bisa dipercepat bila menggunakan bahan alternatif seperti batako atau beton ringan aerasi.

Jika menggunakan batako atau beton ringan aerasi berukuran 10cmx20cmx40cm, membangun dinding bisa lebih cepat. Untuk membuat satu meter persegi dinding, paling tidak si tukang cukup merangkai 10-15 batako atau beton aerasi ringan. Proses yang lebih cepat lagi bisa dilakukan kalau menggunakan dinding papan semen atau gipsum.

Cepat vs harga

Mungkin kita sepakat pada ungkapan “ada harga ada barang”, yang artinya kira-kira: kalau mau cepat, ya bayarlah sedikit lebih mahal. Ungkapan ini bisa jadi berlaku pada bahan bangunan. Rata-rata bahan bangunan alternatif memiliki harga lebih mahal. Kalau membandingkan bata dengan batako misalnya. Satu buah dijual pada kisaran harga Rp300 (untuk satu meter persegi (40bata) Rp12.000. Batako: sekitar Rp2.000/buah (satu meter persegi (10 batako) Rp20.000. Dari sisi harga, batako atau beton aerasi ringan, relatif lebih mahal. Keuntungan menggunakan batako adalah: proses pemasangannya jadi lebih cepat. Dengan demikian, ongkos tukang pun bisa ditekan.

Lalu bagaimana dengan total biayanya? So, so, lah. Namun kalau mengingat kembali ungkapan “ada harga ada barang”, ya menggunakan bahan alternatif, harga bahan bangunan pun bisa jadi lebih mahal dari bahan bangunan standar yang biasa kita gunakan. Setuju atau tidak,… share pendapat Anda lewat komentar di bawah ini!

TEKNOLOGI BAHAN BANGUNAN CAT BERBAHAN DASAR TANAH

TEKNOLOGI BAHAN BANGUNAN CAT BERBAHAN DASAR TANAH


Indonesia merupakan Negara yang kaya akan unsurindigenous lokal diantaranya dalam bidang arsitektur. Kearifan arsitektur tradisional Indonesia mampu menghadapi perubahan dan tantangan alam yang menjadi salah satu alasan kuat pentingnya pemanfaatan potensi arsitektur lokal di Indonesia.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi menyebabkan bahan bangunan yang semula dipakai dalam bentuk asal tanpa pengolahan seperti bambu kayu, daun, tanah, lumpur berubah menjadi bahan bangunan yang dihasilkan melalui proses tertentu. Hal tersebut menimbulkan dampak bagi perkembangan teknologi di bidang konstruksi bangunan yang secara langsung maupun tidak langsung juga menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Dampak yang dihasilkan oleh perkembangan teknologi ini tidak selalu positif, namun juga menimbulkan dampak negatif terutama yang berkaitan dengan limbah yang dihasilkan oleh proses konstruksi. Berdasarkan kondisi tersebut maka dibutuhkan suatu pemikiran untuk kembali memanfaatkan kearifan arsitektur lokal yang sebagian besar menganut konsep keseimbangan manusia dengan alam.

Penelitian ini dilakukan untuk mengangkat salah satu teknologi bangunan lokal yang berasal dari Desa Taro, Ubud-Bali yaitu cat berbahan dasar tanah taro atau yang sering disebut dengan cat taro. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif evaluatif yaitu menggambarkan mengenai sejarah proses pembuatan, penerapan dan diahiri dengan melakukan evaluasi kekurangan serta kelebihan cat taro. Dari penelitian ini didapatkan bahwa cat taro yang dibuat dari tanah dan pemanfaatan bahan-bahan limbah konstruksi seperti pecahan batu dapat mempercantik tampilan eksterior maupun interior bangunan tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungannya.

Bahan Bangunan Daur Ulang

Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle).
Material yang bisa didaur ulang terdiri dari sampah kaca, plastik, kertas, logam, tekstil, dan barang elektronik. Meskipun mirip, proses pembuatan kompos yang umumnya menggunakan sampah biomassa yang bisa didegradasi oleh alam, tidak dikategorikan sebagai proses daur ulang. Daur ulang lebih difokuskan kepada sampah yang tidak bisa didegradasi oleh alam secara alami demi pengurangan kerusakan lahan. Secara garis besar, daur ulang adalah proses pengumpulan sampah, penyortiran, pembersihan, dan pemrosesan material baru untuk proses produksi.
Pada pemahaman yang terbatas, proses daur ulang harus menghasilkan barang yang mirip dengan barang aslinya dengan material yang sama, contohnya kertas bekas harus menjadi kertas dengan kualitas yang sama, atau busa polistirena bekas harus menjadi polistirena dengan kualitas yang sama. Seringkali, hal ini sulit dilakukan karena lebih mahal dibandingkan dengan proses pembuatan dengan bahan yang baru. Jadi, daur ulang adalah proses penggunaan kembali material menjadi produk yang berbeda. Bentuk lain dari daur ulang adalah ekstraksi material berharga dari sampah, seperti emas dari prosessor komputer, timah hitam dari baterai, atau ekstraksi material yang berbahaya bagi lingkungan, seperti merkuri.
Daur ulang adalah sesuatu yang luar biasa yang bisa didapatkan dari sampah. Proses daur ulang alumunium dapat menghemat 95% energi dan mengurangi polusi udara sebanyak 95% jika dibandingkan dengan ekstraksi alumunium dari tambang hingga prosesnya di pabrik. Penghematan yang cukup besar pada energi juga didapat dengan mendaur ulang kertas, logam, kaca, dan plastik.

Material-material yang dapat didaur ulang dan prosesnya diantaranya adalah:

Bahan bangunan

Material bangunan bekas yang telah dikumpulkan dihancurkan dengan mesin penghancur, kadang-kadang bersamaan dengan aspal, batu bata, tanah, dan batu. Hasil yang lebih kasar bisa dipakai menjadi pelapis jalan semacam aspal dan hasil yang lebih halus bisa dipakai untuk membuat bahan bangunan baru semacam bata.

Baterai

Banyaknya variasi dan ukuran baterai membuat proses daur ulang bahan ini relatif sulit. Mereka harus disortir terlebih dahulu, dan tiap jenis memiliki perhatian khusus dalam pemrosesannya. Misalnya, baterai jenis lama masih mengandung merkuri dan kadmium, harus ditangani secara lebih serius demi mencegah kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia.
Baterai mobil umumnya jauh lebih mudah dan lebih murah untuk didaur ulang.

Barang Elektronik

Barang elektronik yang populer seperti komputer dan handphone umumnya tidak didaur ulang karena belum jelas perhitungan manfaat ekonominya. Material yang dapat didaur ulang dari barang elektronik misalnya adalah logam yang terdapat pada barang elektronik tersebut (emas, besi, baja, silikon, dll) ataupun bagian-bagian yang masih dapat dipakai (microchip, processor, kabel, resistor, plastik, dll). Namun tujuan utama dari proses daur ulang, yaitu kelestarian lingkungan, sudah jelas dapat menjadi tujuan diterapkannya proses daur ulang pada bahan ini meski manfaat ekonominya masih belum jelas.

Logam

Besi dan baja adalah jenis logam yang paling banyak didaur ulang di dunia. Termasuk salah satu yang termudah karena mereka dapat dipisahkan dari sampah lainnya dengan magnet. Daur ulang meliputi proses logam pada umumnya; peleburan dan pencetakan kembali. Hasil yang didapat tidak mengurangi kualitas logam tersebut.
Contoh lainnya adalah alumunium, yang merupakan bahan daur ulang paling efisien di dunia. Namun pada umumnya, semua jenis logam dapat didaur ulang tanpa mengurangi kualitas logam tersebut, menjadikan logam sebagai bahan yang dapat didaur ulang dengan tidak terbatas.

Bahan Lainnya

Kaca dapat juga didaur ulang. Kaca yang didapat dari botol dan lain sebagainya dibersihkan dair bahan kontaminan, lalu dilelehkan bersama-sama dengan material kaca baru. Dapat juga dipakai sebagai bahan bangunan dan jalan. Sudah ada Glassphalt, yaitu bahan pelapis jalan dengan menggunakan 30% material kaca daur ulang.
Kertas juga dapat didaur ulang dengan mencampurkan kertas bekas yang telah dijadikan pulp dengan material kertas baru. Namun kertas akan selalu mengalami penurunan kualitas jika terus didaur ulang. Hal ini menjadikan kertas harus didaur ulang dengan mencampurkannya dengan material baru, atau mendaur ulangnya menjadi bahan yang berkualitas lebih rendah.
Plastik dapat didaur ulang sama halnya seperti mendaur ulang logam. Hanya saja, terdapat berbagai jenis plastik di dunia ini. Saat ini di berbagai produk plastik terdapat kode mengenai jenis plastik yang membentuk material tersebut sehingga mempermudah untuk mendaur ulang. Suatu kode di kemasan yang berbentuk segitiga 3R dengan kode angka di tengah-tengahnya adalah contohnya. Suatu angka tertentu menunjukkan jenis plastik tertentu, dan kadang-kadang diikuti dengan singkatan, misalnya LDPE untuk Low Density Poly Etilene, PS untuk Polistirena, dan lain-lain, sehingga mempermudah proses daur ulang.
Jenis kode plastik yang umum beredar diantaranya:

* PET (Polietilena tereftalat). Umumnya terdapat pada botol minuman atau bahan konsumsi lainnya yang cair.
* HDPE (High Density Polyethylene, Polietilena berdensitas tinggi) biasanya terdapat pada botol deterjen.
* PVC (polivinil klorida) yang biasa terdapat pada pipa, rnitur, dan sebagainya.
* LDPE (Low Density Polyethylene, Polietilena berdensitas rendah) biasa terdapat pada pembungkus makanan.
* PP (polipropilena) umumnya terdapat pada tutup botol minuman, sedotan, dan beberapa jenis mainan.
* PS (polistirena) umum terdapat pada kotak makan, kotak pembungkus daging, cangkir, dan peralatan dapur lainnya.

Hubungan Manusia Dengan Budaya Arsitektur

Arsitektur sebagai lingkungan binaan manusia Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan. Suatu karya arsitektur merupakan wujud kebudayaan sebagai hasil kelakuan manusia dalam rangka memenuhi hasrat kebutuhan mereka. Menurut Van Romondt Arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia dengan bahagia (definisi konsepsional) kata ruang meliputi semua ruang yang terjadi karena dibuat oleh manusia.pada prinsipnya jelas bahwa arsitektur terdiri dari unsur-unsur ruang. Atau dengan kata lain karya arsitektur merupakan lingkungan baik buatan manusia maupun dari alam, istilah yang lebih popular untuk menggambarkan pengertian ini lah bahwa arsitektur merupakan suatu lingkungan binaan. Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan Hubungan antara kegiatan manusia dengan lingkungan alam dijembatani oleh pola-pola kebudayaan yang dimiliki manusia (Parsudi Suparlan). Lingkungan, selain berupa lingkungan alam juga berupa lingkungan sosiobudaya. Karena itu konsep manusia harus dipahami sebagai makhluk yang bersifat biososiobudaya. Sehubungan dengan itu, maka manusia, kebudayaan dan lingkungan merupakan 3 faktor yang saling berhubungan secara integral. Lingkungan alam tempat manusia hidup memberikan daya dukung kehidupan dalam berbagai bentuk kemungkinan yang dapat dipilih manusia untuk menentukan jalan hidupnya. Pengembangan pilihan-pilihan itu sangat bergantung pada potensi kebudayaan menusia yang berkembang karena kemampuan akalnya. Dengan kata lain, melalui kebudayaan manusia akan selalu melakukan adaptasi terhadap lingkungannya. Dalam proses adaptasi tersebut manusia mendayagunakan lingkungan agar dapat melangsungkan kehidupannya. Pertumbuhan Ekologi Manusia Pendapat 1: Keadaan lingkungan alam menentukan corak kebudayaan (aliran environmental determinism) Artinya gejala kebudayaan hanya dapat dijelaskan dan dianalisis berdasarkan pengaruh lingkungan. Seluruh aspek tingkah laku dan kebudayaan merupakan hasil dan bentukan lingkungan alam. Contoh: manusia yang berada dalam 1 lingkungan memiliki kebudayaan yang sama Pendapat 2: Lingkungan alam tidak menentukan warna kebudayaan, tetapi hanya sekedar menawarkan kemungkinan dan manusia memanfaatkannya sesuai dengan teknologi yang dikuasai (aliran environmental possibilism) Artinya: lingkungan alam memang berpengaruh kepada kebudayaan, tetapi tidak menentukan corak kebudayaan. Contoh: Manusia dalam lingkungan yang sama memiliki kebudayaan yang berbeda Kedua aliran ini selanjutnya menjadi pendekatan awal dalam kajian ekologi manusia. Konsep Dasar Ekologi Manusia 1. Adaptasi Merupakan pola penyesuaian manusia terhadap lingkungan alam dalam usaha melangsungkan dan mengembangkan kehidupannya (survival). Penekanan: - proses evolusi genetik : gerak timbal balik akibat adanya interaksi manusia dengan lingkungannya - tingkah laku : beroperasi melalui pengetahuan dan persepsi untuk mengatasi kondisi lingkungannya 2. Ekosistem - suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara ,manusia dengan lingkungannya - Suatu sistem interaksi yang bersifat fungsional dan efektif antara organisme hidup (fisik dan biologis) dengan lingkungannya - Konsep ekosistem membantu memahami pola interaksi antara manusia dengan lingkungannya 3. Relung (niche) Semua makhluk hidup memiliki tempat hidup (habitat). jika habitat berubah maka makhluk hidup akan mati atau harus pindah. Jika perubahan berlangsung lama atau bertahap, makhluk hidup akan beradaptasi (menyesuaikan diri). ‘Profesi’ makhluk hidup dalam habitat atau tingkah laku dalam menyesuaikan diri ini disebut relu

TUGU MONUMEN NASIONAL SEBAGAI LANDMARK KAWASAN SILANG MONAS

TUGU MONUMEN NASIONAL SEBAGAI LANDMARK KAWASAN SILANG MONAS



ABSTRAKSI Monumen Nasional adalah sebuah peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Monumen itu juga menunjukkan semangat juang bangsa Indonesia dalam perang kemerdekaannya.Jadi monumen adalah suatu benda/bangunan yang diadakan dengan tujuan untuk membangkitkan kenangan pada sesuatu. Selanjutnya, prinsip-prinsip monumen ini diaplikasikan oleh para arsitek untuk membuat untuk membuat suatu bangunan untuk manghasilkan sesuatu yang dapat membuat perhatian orang tertuju pada bangunan yang dirancangnya. Untuk mengenang dan menandai kebesaran perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia dibangunlah suatu monumen yang megah menimbulkan inspirasi bagi generasi sekarang dan generasi masa datang. Gagasan untuk mendirikan Monumen Nasional terwujud nyata pada waktu bangsa Indonesia memperingati genap dua windu Republik Indonesia. Jakarta dipilih sebagai tempat yang paling layak untuk Monumen Nasional ini karena bukan saja Jakarta sebagai Ibukota dan Pusat Pemerintahan Republik Indonesia, tetapi juga dikenal sebagai kota Proklamasi. Letak dari Monumen Masional yang berada pada tengah – tengah kawasan Silang Monas. Disamping kanan dan kiri Monumen Masional terdapat square berupa ruang terbuka yang sekarang dimanfaatkan sebagai taman dan ruang publik merupakan orientasi dari bangunan – bangunan yang ada pada kawasan silang Monas. Monas termasuk dalam jenis monumental tunggal karena jelas dominasi unsur vertikal yang tegas, selain itu objek lain berada sangat jauh dari Monas dikelilingi Lapangan Monas yang berbentuk trapesium dengan luas 800.000m2. Ruang bangunan Monas juga benar-benar bebas dari pengaruh bangunan lain Kata Kunci : Monumen, Landmark, Kawasan PENDAHULUAN “Kita membangun Tugu Nasional untuk kebesaran Bangsa. Saya harap, seluruh Bangsa Indonesia membantu pembangunan Tugu Nasional itu” 29 Juli 1963 Soekarno Monumen Nasional adalah sebuah peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Angka 17-8-`45 telah terpateri dalam monumen itu. Monumen itu juga menunjukkan semangat juang bangsa Indonesia dalam perang kemerdekaannya. Ini dilambangkan pada tugu dan api masa kini dan masa mendatang juga untuk mengenal kebesaran perjuangan, kepribadian, kebudayaan dan kehormatan bangsa Indonesia. Tonggak –tonggak sejarah bangsa Indonesia terlihat di dalam 48 diorama yang terdapat di Museum. Perlu diketahui seiring dengan perkembangan dunia arsitektur, bangunan-bangunan telah dikalasifikasikan menjadi beberapa kelompok. Salah satu diantaranya yaitu kelompok bangunan monumental, yang dibagi menjadi bangunan monumental tunggal dan bangunan monumental kompleks. Kedua jenis bangunan tersebut banyak sekali dijumpai di Indonesia. Pada umumnya bangunan monumental di Indonesia berupa masjid, gereja, istana negara, kantor pengadilan, gedung balai kota, museum. Monumen Nasional merupakan salah satu bangunan monumental yang sangat terkenal di Indonesia. Kesan monumental terlihat dari Tugunya yang memiliki ketinggian lebih dibandingkan bangunan sekitarnya menjadikan point of interest pada kawasan tersebut. Kemudian penampakan bangunan dikaitkan dengan makna simbolis dan fisiologis. Karena berdasarkan tujuan dibangunnya Monumen Nasional, yaitu untuk memperingati dan mengabadikan proklamasi kemerdekaan RI, serta mencerminkan jiwa perjuangan Bangsa Indonesia, maka arsitektur Tugu Nasional dan dimensinya penuh mengandung lambang khas budaya bangsa Indonegsia TINJAUAN TEORI Kevin Lynch mengungkapkan bahwa citra atau kesan dari suatu kota merupakan gambaran yang didasari oleh realitas fisik sebuah kota. Citra sebuah kota dibentuk oleh 5 elemen pokok, yaitu : a). Path (Jalur) Merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan dalam suatu wilayah kota yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lain, jika identitas elemen ini tidak jelas, maka kebanyakan orang meragukan citra kota secara keseluruhan. Path mempunyai karakteristik tertentu yang memadai dari lingkungan sekitarnya, konsentrasi dari kegunaan khusus atau sepanjang path, kualitas keruangan yang khas, fasade atau tekstur lantai yang khas, pencahayaan yang istimewa dan tipikal dari lansekap kota. b). Edges (Tepian) Merupakan batas antara dua kawasan dan berfungsi sebagai pemutus linier, misalnya pantai, tembok, topografi, dan sebagainya. Edge merupakan pengakhiran dari sebuah distrik atau batas dari distrik lainnya. Edge memiliki identitas yang lebih baik jika kontinuitasnya tampak jelas batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas, membagi / menyatu. c). District (Kawasan) Merupakan kawasan-kawasan kota dalam skala 2 dimensi. Sebuah distrik memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola dan wujudnya) dan khas pula batasnya (awal dan akhir). Distrik mempunyai identitas yang lebih baik jika batasnya dibentuk dengan jelas, dan dapat dilihat homogen, serta fungsi dan posisinya jelas. Karakteristik fisik dari sebuah distrik adalah adanya kontinuitas tema yang konsisten dalam komponen tekstur, ruang, bentuk, detail, lambang, tipe bangunan, kegunaan, aktivitas penduduk, topografi. d). Nodes (Simpul) Merupakan tempat strategis di sebuah kota, dimana arah atau aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke arah aktivitas lain, misal : persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, jembatan, kota secara keseluruhan dalam skala makro, pasar, taman, square dan sebagainya. Node adalah suatu tempat dimana orang mempunyai perasaan “masuk” dan “keluar” dalam tempat yang sama. Node mempunyai identitas yang lebih baik jika tempatnya memiliki bentuk yang jelas (karena lebih mudah diingat) serta tampilan berbeda dari lingkungannya, baik dari fungsi maupun bentuknya. e). Landmark (Tengeran) Merupakan titik referensi seperti elemen node, tetapi orang tidak masuk ke dalamnya karena hanya bisa dilihat dari luar. Landmark adalah elemen eksternal dan merupakan bentuk visual yang menonjol dari kota. Beberapa landmark hanya mempunyai arti di daerah kecil dan dapat dilihat hanya di daerah itu, sedangkan landmark lainnya mempunyai identitas yang lebih baik jika bentuknya jelas dan unik dalam lingkungan, dan ada sekuen dari beberapa landmark, serta ada pembedaan skala masing-masing. Bangunan Monumental banyak sekali terdapat di Indonesia. Dengan kemegahan dan keanggunannya bangunan- bangunan monumental tersebut tampak menghiasi banyak permukaan lahan. Namun, sebenarnya apakah bangunan monumental itu? Bagaimana suatu bangunan dapat disebut sebagai bangunan monumental? Apabila dilihat dari segi bahasanya, Bangunan Monumental adalah suatu bangunan yang merupakan suatu hasil perwujudan dqari fungsi- fungsi tertentu yang mencerminkan kesan-kesan atau nilai-nilai keagungan, kemegahan, kebesaran, kekuasaan, dsb, dimana ekspresi monumental ditampilkan lewat bentuk bangunan maupun penataan tapak. Suatu bangunan monumental dapat digambarkan sebagai perwujudan suatu sculpture. Suatu struktur yang berdiri sendiri cenderung menjadi sculpture. Bila ada dua struktur maka diantara kedua struktur tersebut timbul daya pengaruh yang saling timbal balik. Bila terdapat banyak struktur dalam satu group, maka perencanaan menjadi kompleks, dan ruang luar di antara struktur-struktur tersebut cenderung menjadi ruang. Bangunan Monumental terbagi dalam 2 jenis : 1. Bangunan Monumental Tunggal, yaitu Monumental yang dicapai dengan memencilkan suatu objek terhadap objek-objek lain. Kesan monumental terjadi karena elemen vertikal. Monumental tersebut terjadi bila antara objek dan ruang tidak saling terjadi perembesan dan penembusan ruang. Selain itu mounumental menjadi semakin unik dan makin tinggi kualitasnya bila terdapat keseimbangan antara objek dan ruangnya. Tetapi bilaada objek lain yang mengganggu “ruang bayangan” disekitar monumen, maka keseimbangan tadi juga akan terganggu dan nilai monumentalnya akan berkurang secara drasti Monumen jenis ini mempunyai ciri – ciri : a. Sederhana b. Bersih dan polos c. Tanpa perembesan atau penembusan 2. Bangunan Monumental Kompleks, yaitu bangunan monumental yang terjadi dari suatu desain bangunan-bangunan yang dikelompokkan membentuk Cluster. Apabila ada dua obyek misalnya X dan Y berdiri membentuk cluster. Maka diantara X dan Y terjadi daya mengeruang yang saling timbal balik, memberi nilai ruang terkait diantara ruang X dan Y, bukan ruang luar saja. Bangunan monumental ini mempunyai ciri – ciri : a. Kompleks b. Permainan tegas dan jelas c. Merembes dan menembus d. Menyangkutnilai-nilai kemanusiaan skala sudut pandangan mata manusia secara normal pada bidang vertikal adalah 60º, tetapi bila melihat secara intensif maka sudut pandangan berkurang manjadi 1º.  Menurut H. Martem, dalam ”Scale in Civic Design” , bahwa bila orang melihat lurus ke depan, maka bidang pandangan vertikal diatas bidang pandangan horizontal mempunyai sudut 40º atau 2/3 seluruh pandangan mata. Dan orang dapat melihat keseluruhan bangunan bila sudut pandangannya 27º atau D/H = 2 (D : distance,H : high; jatrak dibagi tinggi sama dengan 2)  Werner Hegemann dan Albert Peets dalam “American Vitruvius” menyaakan bahwa orang akan merasa terpisah dari bangunannya apabila melihat dari dari jarak sejauh 2 x tinggi bangunannya, hali ini berarti sudut pandangannya 27º . Dan apabila seseorang ingin melihat sekelompok bangunan sekaligus maka diperlukan sudut 18º, ini berarti dia harus melihat dari jarak sejauh pandangan 3 x tinggi bangunan.  Paul Zucker dalam “Town and Square” menggunakan gambar sebagai berikut  Menurut Yoshinobu Ashihara, D/H < 1 merupakan batas perubahan nilai dan kualitas ruang. Jadi apabila D/H < 1, seseorang akan merasa bahwa jarak bangunan menjadi agak kekecilan. Bila D/H = 1, maka sesorang akan merasakan keseimbangan antara tinggi bangunan dan ruang di antaranya. Pada tata letak bangunan kenyataannya sering dijumpai perbandingan D/H berkisar antara 1,2, dan 3. tetapi bila D/H menjadi 4 maka pengaruh tata nilai ruangnya menjadi hilang dan pengaruh timbal balik antara bangunan sukar dirasakan , kecuali bila ditambahkan galeri penghubung. Bila D/H > 1, kerjasama menjadi makin kuat dan kita merasa bahwa ruang makin tertutup. Hal ini akan menyebabkan bentuk atau rupa bangunan, tekstur – tekstur dinding, ukuran dan penempatan lubang – lubang, serta sudut tangkap terhadap pintu masuk menjadi perhatian utama bagi arsitek. Bila D/H <1, sukar untuk membuat lay – out yang baik, kecuali bila dapat dijaga keseimbangannya sedimikian hingga hubungan antara bangunan dengan “ruang – bayangannya”nya tetap stabil. Hubungan seperti tersebut tidak hanya berlaku pada desain arsitektur saja tetapi juga unutk perilaku timbal balik bagi manusianya sendiri. Sedangkan perbandingan untuk plasa adalah 1≤ D/H≤ 2, bila D/H < 1, ruang luar yang terjadi tidak akan menjadi sebuah plasa, tetapi menjadi ruang dimana daya pengaruh timbal balik antara bangunan – bangunan disekitarnya begitu kuat. Dan bila D/H > 2 maka daya mengruang pada plasa mulai berkurang atau daya pengaruh timbal balik diantara bangunan – bangunan mulai bekerja. Jadi D/H terletak dimana saja diantara 1 dan 2, maka ruang luar yang terjadi akan memiliki proporsi yang seimbang. Bagi arsitek yang penting adalah mencari dan mencoba bermacam-macam skala untuk dipakai sebagai standard dalam menciptakan ruang bain interior atau eksterior. Skala ruang luar biasanya sukar dipastikan dan tidak begitu jelas. Dalam perancangan bangunan monumental ada beberapa unsur yang berperan yaitu : 1. Fisik bangunan - Bentuk bangunan relatif meninggi - Dominasi unsur-unsur vertikal - Penampakan bangunan biasanya dikaitkan dengan makna simbolis & fisiologis - Skala Monumental 2. Perancangan Tapak - Kesan yang ditampilkan mencakup nilai- nilai kewibawaan, resmi, terarah dan seimbang - Pencapaian biasanya langsung menuju bangunan utama - Pola Sirkulasi utama cenderung monoton dan statis sehingga menguatkan nilai bangunan utama dan melemahkan bangunan penunjang, biasanya dibantu dengan konsep axis - Pengelompokan ruang dan fungsi berdasarkan hirarki, ditampilkan dengan tegas - Tapak cenderung relatif luas Beberapa pendekatan dalam perancangan tapak bangunan monumental: -Penarikan masa utama menjauh dari main entrance -Meninggikan pel massa bangunan utama -Pencapaian dengan tingkatan- tingkatan Sculpture Sebagai Unsur Seni Sculpture dan karya-karya seni lain misalnya fontain, dinding relief dan lain-lain, merupakan elemen penting yang dapat meningkatkan kwalitas lingkungan kota. Elemen-elemen ini mempengaruhi kualitas penginderaan di tempat dan memunculkan susana kreatif dimana masyarakat berada. Pada waktu merancang penampilan sebuah sculpture, arsitek atau seniman haruslah mempertimbangkan beberapa hal antara lain : - penempatan - skala - bentuk - massa - warna Sculpture yang berada di luar (out door) harus mengkaitkan antara massa yang berdiri dengan latar belakangnya (back ground) dengan mempertimbangkan ukuran dan volume sculpture yang akan berpengaruh pada pengamat yang melihatnya. a. Ukuran, Skala dan Bentuk Ukuran dan skala suatu sculpture akan terkait dengan penempatannya di dalam suatu area, antara gedung/ bangunan dan ruang yang akan menjadikannya sebagai bagian yang integral. Sebuah sculpture harus berada pada suatu tempat yang luas untuk dapat dilihat dari sekelilingnya. Bentuk dari sculpture, yang lebih menampilkan wujud dan strukturnya akan saling menyatu atau kontras dengan penempatannya. Sangat banyak variasi-variasi bentuk yang dapat dikreasikan dalam perancangan sebuah sculpture dan bentuk-bentuk ini dapat diekspresikan dalam material yang berbeda-beda. b. Material dan Warna Material untuk sculpture luar (out door), haruslah kuat dan tahan polusi kota misalnya batu, logam, beton cetak, plastik dan sebagainya. Warna untuk sculpture relatif terkait dengan tipe material yang dipakai seperti granit, perak atau stainless steel. Logam akan sangat mudah untuk dicat dengan deretan warna yang cukup banyak, demikian juga dengan plastik. Sculpture akan dapat dilihat dengan pandangan langsung berikut latar samping maupun latar belakang yang akan terkait dengan penempatannya. Orientasi sculpture juga merupakan hal yang penting, berkaitan dengan “bagaimana dan kemana” sculpture ditempatkan. Disamping itu sinar matahari dan variasi pola pembayang dari waktu yang berbeda-beda setiap hari serta perubahan-perubahan cuaca akan sangat mempengaruhi orientasi dari sculpture. Untuk itu perlu cukup ruang disekitar sculpture untuk dapat mengamati secara penuh dari variasi-variasi sudut pandang dan untuk berjalan mengitarinya atau mungkin memandang sambil duduk-duduk. Suatu jalan dimana sebuah sculpture didapati berdiri di atas tanah atau di atas pelataran dasar adalah sangat penting dalam mengaitkan batas keduanya yaitu tinggi sculpture dan dimensi jalan dimana sculpture dapat dilihat. Sebuah sculpture mungkin dimulai pada tingkat dari beberapa elevasi di atas dasar yang dirancang seperti air mancur atau terkait dengan suatu bangunan lain. Bobot dan instalasi juga termasuk hal penting lain yang perlu diperhatikan dalam menempatkan sculpture. Fondasi-fondasi khusus mungkin diperlukan atau perlengkapan-perlengkapan seperti crane mungkin dibutuhkan untuk menata sculpture pada tempatnya. c. Penyinaran Malam Hari Efek penyinaran malam hari pada sculpture memberikan tambahan keindahan. Peletakan lampu, sudut penyinaran dari beberapa lampu dan tipe/ jenis lampu yang dipasang merupakan hal-hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Lampu mungkin bisa dipasang langsung dari atas atau bawah, dari belakang atau samping atau kombinasi-kombinasi diantaranya. SEJARAH MONUMEN NASIONAL Monumen Nasional adalah sebuah peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Angka 17-8-`45 telah terpateri dalam monumen itu. Monumen itu juga menunjukkan semangat juang bangsa Indonesia dalam perang kemerdekaannya. Ini dilambangkan pada tugu dan api masa kini dan masa mendatang juga untuk mengenal kebesaran perjuangan, kepribadian, kebudayaan dan kehormatan bangsa Indonesia. Tonggak –tonggak sejarah bangsa Indonesia terlihat di dalam 48 diorama yang terdapat di Museum Sejarah Monumen Nasional serta mendorong lebih giat mengisi kemerdekaan itu dengan pembangunan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. Pada saat Republik Indonesia berusia sembilan tahun maka timbulah gagasan nyata untuk mendirikan Monumen Nasional di kalangan beberapa tokoh di Jakarta. Gagasan itu baru terwujud pada tanggal 17 Agustus 1961, ketika Republik Indonesia genap berusia dua windu, yaitu dengan diawali secara resmi pembangunan Monumen Nasional dengan pemancangan tiang pertama oleh Presiden Republik Indonesia. Desain dan rencana Monumen Nasional dibuat oleh arsitek Indonesia Terkemuka Soedarsono yang dipilih oleh Dewan Juri untuk diwujudkan dalam bentuk yang sekarang. Penasehat konstruksi adalah Prof. Dr. Ir. Roosseno. Pembangunan Monumen Nasional dibiayai terutama oleh sumbangan rakyat Indonesia secara gotong royong. Monumen Nasional ini dengan resmi mulai dibuka untuk umum tanggal 12 Juli 1975. Monumen Nasional mempunyai ciri-ciri yang khusus. Arsitektur dan dimensinya penuh mengandung lambang-lambang dan kias khas Indonesia. Bentuk yang paling menonjol adalah Tugu yang menjulang tinggi dan pelataran cawan yang luas mendatar. Tugu melambangkan lingga, alu atau antan, sedangkan pelataran cawan melambangkan yoni dan juga melambangkan lumpang dalam bentuk raksasa. Antan dan lumpang merupakan salah satu alat rumah tangga khas Indonesia. Yoni dan Lingga melambangkannegatif dan positif, seperti halnya siang dan malam, lelaki dan perempuan, ari dan api, bumi dan langit, lambang dari alam yang abadi. Di puncak tugu, api menyala tiada kunjung padam, melambangkan tekad bangsa Indonesia untuk berjuang dan membangun yang tak akan pernah surut sepanjang masa. Angka-angka keramat bangsa Indonesia, 17-8-45 juga diabadikan pada Monumen Nasional ini. Pelataran cawan berbentuk bujur sangkar berukuran 45m x 45m, tingginya 17m dan tinggi Ruang Museum Sejarah Nasional 8m. PEMBANGUNAN MONAS Sebagai lokasi bangunan Tugu Nasional pada waktu itu dipilih Lapangan Merdeka. Pemilihan lokasi ini adalah deisebabkan beberapa factor: 1. Letaknya adalah kira-kira di jantung Ibu Kota. 2. Jakarta adalah Ibu Kota republik Indonesia dan tempat dimana Kemerdekaan Bangsa Indonesia diproklamirkan. 3. Luasnya yang cukup ideal. 4. Dikelilingi oleh gedung-gedung pemerintah. 5. Mempunyai nilai sejarah setelah (Peristiwa tangga 17 Agustus 1945) Kemerdekaan Bangsa Indonesia diproklamirkan Lapangan Merdeka dibuat pada jaman kekuasaan Gubernur Jendral Hernan Willem Daendels (1808-1811) dengan nama “Champ de Mars” berteptan dengan pemindahan kantor-kantor Pemerintah, kompleks tentara ( tangsi-tangsi, yaitu tangsi Batalyon X dengan lapangan Banteng), rumah sakit rumah-rumah pegawai Pemerintah dan militer serta Rumah Bola “Harmoni” dari Kota “ Batavia” ke daerah baru “ Weltevreden”. Kemudian setelah pergantian pemerintah, kembali ke Belanda lagi, yaitu antara tahun 1816-1942 nama “Champ de Mars” namanya diubah menjadi “Koningsplein” orang Jakarta sendiri menamakannya “Lapangan Gambir”. Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945, nama “Lapangan Gambir” menjadi resmi atau waktu itu disebut juga Lapangan Ikada ( Ikatan Atletik Djakarta) dan sekarang Tugu Monas berdiri dinamakan “lapangan Silang Monas” Dan akhirnya Gubernur D.K.I. Jakarta Raya memutuskan bahwa seluruh Lapangan Monas dijadikan” Taman Monas untuk kepentingan warga kotanya dalam berekreasi dan dijadikan sebagai paru-paru kota Jakarta serta sebagai penunjang menambah kemegahan berdirinya Tugu Nasional. Pada tanggal 19 September 1945, bersamaan dengan peristiwa “ Insiden Bendera” di Tunjungan Surabaya, dilapangan Gambir (Ikada) telah dilangsungkan rapat raksasa untuk mnyambut dan mendukung Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dengan semangat dan ketangguhan rakyat Indonesia, tidak gentar menghadapi tank, senapan mesin dan senapan dengan sangkur terhunus dari tentara Jepang yang pada waktu itu bersiap siaga. Lapangan Merdeka atau disebut juga sekarang “Lapangan Silang Monas” berbentuk trapezium dengan luas 800.000m2 Tinggi permukaan tanah sisi jalan Medan Merdeka Barat adalah ±3,5m; di tengah-tengah lapangan adalah ± 4.00 m dan pada sisi Jalan Medan Merdeka Timur ± 5.00 m dari permukaan laut. Gambar 1 : Rencana induk koningsplain tahun 1892 Gambar 2 : Rencana Induk Koningsplain tahun 1937 oleh Ir. Thomas Karsten BAGIAN UTAMA TUGU NASIONAL 1. Pintu Gerbang Utama Dengan berjalan di atas Plaza di TAMAN MONAS UTARA, para pengunjung akan menikmati pemandangan tiga air mancur yang ada di sana. Kemudian setelah melewati patumg Pangeran Diponegoro turun masuk ke dalam terowongan yang melintas di bawah jalan Silang Monas dan keluar tepat di halaman Tugu Nasional yang sekelilingnya berpagar besi berbentuk “bambu runcing”. 2. Ruang Museum Sejarah Nasional Ruangan ini terletak 3m di bawah halaman Tugu Nasional yang ditinggikan 1,7m dari tanah asli,. Sedangkan atap museum terletak 5m diatas halaman Tugu. Luas ruangan adalah 80m x 80m. 3. Ruang Kemerdekaan Ruang Tenang yang dirubah menjadi Ruang Kemerdekaan berada di dalam cawan Tugu Nasional, berbentuk amphiteater tertutup dengan di tengah-tengah ruangan terdapat dinding persegi empat. 4. Pelataran Cawan Berbentuk lumpang segi empat melingkari badan Tugu Nasional berukuran 45m x 45m dan berada di ketinggian 17m dari halaman Tugu Nasional.. Dari pelataran cawan ini dapat dilihat area lapangan Taman Monas seluruhnya. 5. Pelataran Puncak Tugu Nasional Pelataran puncak Tugu berada pada ketinggian 115m dari halaman Tugu Nasioanal dan dari tempat ini dapat dinikmati pemandangan diatas Ibukota Jakarta kesegenap penjuru. Pelataran Puncak Tugu ini berukuran 11m x 11m. 6. Lidah Api Kemerdekaan Lidah api yang terletek di atas atap peataran puncak, berbentuk kerucut tinggi 14m. Seluruh permukaan luarnya dilapis dengan emas murni (gold foiled)seberat lebih kurang 35 kg. Ketinggian sampai titik puncak lidah api adalah 132m dari halaman Tugu, sedangkan tinggi dari pelataran puncak ke titik puncak lidah api adalah 17m. 7. Patung Pangeran Diponegoro Ditempatkan di Taman Monas Utara untuk menambah penampilan keagungan dan kemegahan tegak berdirinya bangunan Tugu Nasional dan menambah mengenal keagungan perjuangan Bangsa Indonesia ANALISA Monumen Masional sebagai Landmark Kawasan Silang Monas Gambar 3 : Posisi Monumen Masional pada Kawasan Silang Monas Letak dari Monumen Masional yang berada pada tengah – tengah kawasan Silang Monas. Disamping kanan dan kiri Monumen Masional terdapat square berupa ruang terbuka yang sekarang dimanfaatkan sebagai taman dan ruang publik merupakan orientasi dari bangunan – bangunan yang ada pada kawasan silang Monas. Jenis Bangunan Monumental Apabila dikategorikan sebagai bangunan monumental, maka Monas termasuk dalam jenis monumental tunggal karena jelas dominasi unsur vertikal yang tegas, selain itu objek lain berada sangat jauh dari Monas dikelilingi Lapangan Monas yang berbentuk trapesium dengan luas 800.000m2. Ruang bangunan Monas juga benar-benar bebas dari pengaruh bangunan lain Skala Apabila kita melihat kea rah tugu monas, maka bidang vertikal di atas bidang pandangan horizontal mempunyai sudut 40 derajat atau 2/3 seluruh sudut pandangan mata. Orang dapat melihat keseluruhan bangunan bila pandangannya 27 derajat atau bila D/H = 2. Dan dari segi proporsi skala, monas tampak tepat dan enak dipandang pada jarak D/H = 2. Gambar 4 : Monas pada jarak D/H =2 Dengan D/H =2 Monas tampak jelas bentuk dan rupa bangunan serta tektur dinding maupun lubang-lubangnya Axis/ sumbu Konsep sumbu yang dipakai pada konsep pembangunan Monumen Nasional ini dalam pencapaiannya menggunakan sumbu yang tegas. Jadi untuk mencapai ke bangunan utama dapat ditempuh dari pintu masuk dengan arah yang lurus. Dengan sumbu yang tegas ini, maka kesan monumentalnya pun menjadi tegas dan fokus. Tetap ke tengah bangunan, tidak berubeh-ubah. Gambar 5 : Monumen Masional ditengah kawasan yang membentuk aksis Gambar 6 : Monumen Nasional tampak keseluruhan Penarikan Massa utama Pada Monas tampak bahwa massa Utama benar benar berada di tengah dari suatu lahan dan menimbulkan penguasaan yang menyeluruh terhadap tapak, tidak tertumbuk. Dengan demikian kesan monumental terasa lebih tegas. Apabila bangunan ditempatkan di dekat entrance, maka akan menumbuh bangunan monumental tersebut. Selain itu , dapat mengganggu keseluruhan tampak bangunan monumental. Gambar 7 : Penarikan massa bangunan ke tengah dan cukup jauh dari pengamat Penaikan Massa Bangunan Maasa Bangunan ditonjolkan dengan meninggikan peil, maka massa bangunan utama akan bertambah kesan monumentalnya. Pada bangunan Monumen Nasional ini peil dibuat pada ketinggian lantai yang berbeda yaitu lebih tinggi +5m dari permukaan tanah +0.00. dengan ditambah ketinggiannya, orang yang berada di bawah (pada ketinggian +0.00) akan memandang bangunan monumental lebih menengadah ke atas, sehingga ada kesan menghargai bangunan tersebut sebagai bangunan monumental. Gambar 8 : Potongan kawasan dan Monument Nasional KESIMPULAN Monumen Nasional merupakan salah satu bangunan yang patut dibanggakan oleh rakyat Indonesia. Bangunan tersebut mempunyai sisi-sisi fisiologis yang menggambarkan tentang Indonesia. Terutama dalam masa perjuangannya untuk mencapai Proklamasi Republik Indonesia. Selain itu, Monumen Nasional juga termasuk bangunan monumental. Karena, setelah dilakukan analisa dari segi analisa landmark kawasan, jenis bangunan monumental, skala, axis/sumbu, penarikan massa utama dan Peninggian Massa Bangunan, maka Monumen Nasional telah memenuhi persyaratan untuk diklasifikasikan sebagai bangunan monumental. Dan dapat dikategorikan lebih spesifik sebagai bangunan monumental tunggal. Konsep sumbu yang dipakai pada konsep pembangunan Monumen Nasional ini dalam pencapaiannya menggunakan sumbu yang tegas. Jadi untuk mencapai ke bangunan utama dapat ditempuh dari pintu masuk dengan arah yang lurus. Dengan sumbu yang tegas ini, maka kesan monumentalnya pun menjadi tegas dan fokus. DAFTAR PUSTAKA De Chiara, Joseph dan Lee E Kappelman,. Standar Perancangan Tapak. Jakarta : Erlangga, 1997. Ashihara, Yoshinobu. Exterior Design in Architecture. New York : Van Nastrand Reinhold Co, 1970. D.K. Ching, Francis. Arsitektur : Bentuk, Ruang dan Susunannya. Jakarta : Erlangga, 1991. _, Laporan Pembangunan Tugu Nasional. Jakarta : Pelaksana Pembina Tugu Nasional, 1961-1978.

Pandangan IAI atas rencana pembangunan gedung DPR

Pandangan IAI atas rencana pembangunan gedung DPR

Perencanaan gedung publik seperti gedung DPR mempunyai dampak yang luar biasa besar karena merupakan bangunan negara yang akan digunakan oleh wakil rakyat -salah satu pilar utama demokrasi di Indonesia-, lokasinya sangat strategis, skalanya sangat besar dan biaya pembangunannya sangat tinggi. Signifikansi seperti ini tentu menuntut perencanaan dan perancangan yang transparan, lebih dari sekedar perancangan gedung publik biasa. Pada sisi yang lain, berdasarkan pernyataan sebagian pimpinan dan anggota DPR, tampaknya ada kebutuhan nyata membangun gedung baru untuk ruang kerja para anggota DPR.

Perencanaan pembangunan gedung ini menjadi perhatian yang mendalam dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI). Selain masalah ini menyangkut kepentingan publik yang lebih luas, ia juga berkaitan langsung dengan arsitektur dan profesi arsitek. IAI berkewajiban menjaga etika profesi arsitek dan kaidah tata laku para arsitek demi kepentingan masyarakat secara luas.

Hiruk pikuk dan protes masyarakat tentang pembangunan gedung DPR ini barangkali merupakan gambaran bahwa tatacara dan tertib pelaksanaan proyek-proyek publik (proyek-proyek yang dibiayai oleh APBN dan APBD) belum dilakukan dengan baik. Tentu kita masih ingat beberapa contoh lain yang pernah digugat masyarakat seperti Pusat Informasi Majapahit di Trowulan, bangunan-bangunan sekolah yang rusak sebelum waktunya, dan bangunan publik seperti pasar tradisional, terminal bus, bandara, yang dibangun dengan mutu desain dan konstruksi di bawah standar.
IAI mengusulkan kepada DPR untuk menunda proyek ini

Penundaan dilakukan dengan tujuan mengkaji ulang untuk mendapatkan hasil akhir yang lebih dapat diterima. Bahan kajian yang paling utama adalah dasar-dasar perencanaan yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja. Apakah alasan menambah luasan ruang dengan membangun bangunan baru sudah teruji dan dapat dipertanggungjawabkan? Jika ya, maka pada gilirannya salah satu kajian yang sesuai dengan kapasitas IAI adalah membuat proses perancangan yang transparan, akuntable dan partisipatif melalui mekanisme sayembara perancangan/kontes.

Sayembara merupakan pilihan solusi yang sangat patut dilakukan. Cara ini dilakukan dengan terbuka, demokratis dan, apabila dianggap perlu, dapat mengundang masyarakat luas untuk berpartisipasi dalam menilai hasil sayembara. Sebagai contoh, perencanaan dan perancangan pembangunan kembali WTC New York dimulai dengan mekanisme partisipatif seperti ini.

Pada awal tahun 60-an, gedung DPR (dulu gedung CONEFO, juga merupakan hasil sayembara) menjadi tempat berkumpulnya para arsitek, ahli sipil bangunan dan insinyur-insinyur lain, merancang dan mengawasi pembangunan bersama dibawah pimpinan arsitek Soejoedi. Saat ini, untuk gedung yang sangat penting dan niscaya akan menjadi landmark di Jakarta, mengapa semangat gotong-royong itu tidak kita ujudkan kembali dengan interpretasi baru berupa sebuah sayembara. Lagi pula, selain sudah disinggung dalam Keppres 80/2003, pengadaan barang dan jasa melalui sayembara kini sudah lebih ditegaskan melalui penggantinya yaitu Perpres 54/2010. Bahkan, perencanaan pembangunan melalui sayembara seperti ini dapat dilakukan tanpa menghentikan keterlibatan dan memutuskan kontrak kerja perencana yang ada.

Sayembara, apabila usulan ini diterima, juga memiliki persyaratan yang sangat tinggi yaitu, antara lain, dewan juri yang integritas dan keahliannya diakui masyarakat, serta tetap menyelesaikan hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat dalam proyek ini.

Pada tahun 2009 lalu IAI sudah menyampaikan pandangan serupa. Bahkan bersama-sama DPR dan INKINDO menyelenggarakan sebuah lokakarya dengan tujuan menghasilkan Term of Reference (ToR/Kerangka Acuan Kerja) untuk rencana sebuah sayembara. Tetapi sangat disesalkan sayembara itu tidak terujud.

IAI menghimbau dengan sangat kepada seluruh pihak terkait untuk memberikan kepercayaan kepada arsitek dan para ahli lain dengan memberikan ruang gerak sesuai kompetensinya untuk membantu memberikan solusi.

Demikian pernyataan dari IAI, mudah-mudahan dapat dipahami dan memberi manfaat bagi masyarakat luas.



Salam,

Endy Subijono, IAI

Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia

10 Stadion Termegah Di Dunia

10. Estadio Azteca, Mexico City, Mexico
Stadion ini menjadi saksi sejarah Piala Dunia tahun 1970 dan 1986. Di lapangan sepakbola ini, Pele pernah menunjukkan kepiawaiannya mengocok bola dan mengecoh lawan. Pele berhasil membawa Brazil menjadi juara Piala Dunia 1970, dengan mengalahkan Italia 4-1. Tahun 1986, Diego Maradona menampilkan salah satu permainan terbaiknya. Saat itu, Argentina berhasil melibas Jerman.
9. Nou Camp, Barcelona, Spanyol
Lapangan ini berdiri pada 1957 dengan menghabiskan dana AS$3 juta. Nou Camp adalah lapangan sepakbola terbesar di Eropa, dengan kapasitas 120.000 penonton dan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia 1982.
8. Old Trafford, Manchester, Inggris
Ini adalah salah satu stadion yang tak pernah luput dari huru-hara. Oleh sebab itu, jangan heran bila pada hari H pertandingan, aparat polisi mengelilingi seluruh penjuru stadion ini. Maklum saja, dari 68.000 tempat duduk yang tersedia, hanya 3.000 kursi yang disediakan untuk supporter lawan. Alhasil, mereka yang tak kebagian tempat duduk, banyak yang kecewa dan melampiaskannya dengan marah-marah. Jangan heran kalau MU selalu menang bila bertanding disini.
7. Estadio Santiago Bernabeu, Madrid, Spanyol
Real Madrid adalah satu dari kesebelasan sepakbola tertua di Eropa. Walau sudah terbentuk sejak 1902, tapi Real Madrid belum memiliki “kandang” sendiri sampai akhirnya lahir Stadion Chamartin 1924. Sayang, Chamartin hancur akibat perang sipil Spanyol, dan pemerintah setempat kemudian mendirikan Santiago Bernabeu di atas tanah tersebut pada 1947. Stadion ini menjadi tempat diselenggarakannya final Piala Dunia 1982. Kini, stadion ini sedang dimodifikasi dan diharapkan selesai pada 2005. Renovasinya dilakukan secara besar-besaran, tapi tak akan mengurangi keunikan dan sejarah yang telah dibuat.
6. Louis II, Monte Carlo, Monaco
Stadion yang dimaksud adalah versi baru dari Stadion Louis II, yang dulu dibangun 1937. Stadion ini adalah relokasi stadion itersebut, dan diresmikan pada 1985. Stadion yang memiliki arsitektur khas Monaco ini, memiliki kapasitas tempat duduk untuk 200.000 orang, dan merupakan salah satu stadion yang paling nyaman di Eropa.
5. Maracana, Rio De Janeiro, Brazil
Semua orang Brazil nampaknya menyuaki sepakbola. Tak heran bila parlemen setempat membuat stadion dengan kapasitas 125.000 kursi ini. sayang, tempat itupun nampaknya masih harus diperluas. Stadion yang sengaja dibangun untuk kepentingan Piala Dunia 1950 ini, kewalahan menampung 200.000 fans dua kesebelasan yang bertanding pada Piala Dunia 1950 disana. Stadion bersejarah ini menghabiskan AS$40 juta untuk biaya renovasi.
4. San Siro, Milan, Italia
Di Itali, orang tak bisa memisahkan San Siro dari sepakbola. Rumah kesebelasan Inter Milan dan AC Milan ini, adalah satu dari sedikit tempat di Itali untuk olahraga. Stadion ini memiliki kapasitas 80.000 kursi dengan penataan cahaya yang luar biasa cantiknya. Disana terdapat VIP lounge dan bar khusus penggemar fanatik setempat.
3. Stadio Olimpico, Rome, Italia
Italy suda dua kali menjadi penyelenggara Piala Dunia. Pertama, tahun 1934, Piala Dunia diselenggarakan di Stadio Del PFN, dan yang kedua, yakni final Piala Dunia 1990 di stadion ini. Stadion ini juga menjadi saksi sejarah gagalnya kesebelasan AS Roma meraih gengsi melalui finalti melawan Liverpool pada 1984. Pada Juni 2001, jutaan miliar dolar disuntikkan untuk renovasi stadion tersebut.
2. Azadi, Teheran, Iran
Dari namanya, Anda mungkin mengira Iran bukan tempat yang ideal untuk berbulan madu, padahal negara ini memiliki banyak tempat yang indah, termasuk stadion yang mampu menampung 100.000 penonton. Stadion ini pernah digunakan untuk Asian Games 1974.
1. International Stadium Yokohama, Yokohama, Jepang
Tahun 2002 menjadi sejarah karena Piala Dunia, untuk pertama kali dilangsungkan di Asia, dan diselenggarakan oleh dua negara Asia sekaligus. Stadion yang dibangun dengan biaya 60 milar Yen ini mampu menampung 70.000 penonton. Keistimewaan stadion ini adalah diselimuti oleh rumput jepang yang hijau alami, yang dipelihara secara khusus. Stadion ini memiliki jaringan pipa air panas yang ditanam di bawahnya, atap yang bisa dibuka dan ditutup, dua layar raksasa, 824 lampu dan dilengkapi alat untuk mengurangi bayangan
sumber: http://dunia-panas.blogspot.com/2010/10/10-stadion-sepakbola-terbaik-dan.html

Jagad Jawa Mengubur Borobudur?

Jagad Jawa Mengubur Borobudur?


Bila selama ini pesona kemegahan, keagungan dan estetika tata bangun Candi Borobudur yang menjadi titik kekaguman wisatawan, maka kini giliran kontroversi yang merebak menyoal pengelolaannya menyentak perhatian dunia. Apa gerangan yang menjadi muasalnya?
Bola salju permasalahan ini mulai bergulir pada pertengahan bulan Desember 2002 lalu, ketika Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Tengah, Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang dan pengelola Taman Wisata Candi Borobudur, dengan kompak menggulirkan gagasan proyek Pasar Seni Jagad Jawa (PSJJ). Tujuannya adalah untuk menata kawasan Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB) yang dinilai semakin kumuh dan tidak tertata, salah satunya oleh pedagang asongan dan lapak-lapak kaki lima yang makin menjamur. Secara umum, proyek tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki citra positif Borobudur di mata dunia, sekaligus untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Lokasi yang dibidik untuk mewujudkan PSJJ adalah tanah seluas 3 hektar yang terletak beberapa ratus meter di sisi barat Candi Borobudur. Persisnya di dusun Kujon, di atas tanah kas desa Borobudur. Direncanakan di areal pasar seni tersebut akan dibangun sebuah mal berlantai tiga, lengkap dengan fasilitas umum seperti wartel, toilet, restoran dan 1500 unit toko untuk menampung pindahan pedagang dari kawasan TWCB. Sebagai sarana angkutan wisatawan dari PSJJ menuju Candi Borobudur dan sebaliknya, akan dibangun sebuah stasiun kereta api khusus yang diberi nama Stasiun Wira Wiri.
Di atas kertas rencana tersebut merupakan strategi pengelolaan kawasan wisata yang cukup menarik, dimana para stakeholder yakni pemerintah daerah, pengelola dan masyarakat setempat dan dunia pariwisata secara umum akan diuntungkan. Lantas kenapa langkah untuk mewujudkannya terganjal oleh kontroversi yang bahkan berlarut hingga kini?
Menelikung Makna, Menuai Protes
Seorang pakar pemerhati warisan budaya dari Semarang, Ir Pudjo Koeswhoro Juliarso MSA, menyebutkan bahwa makna Jagad Jawa adalah simbolisasi kesemestaan bhuwana, yakni adanya kesatuan kehidupan makrokosmos yang “amemangku jagad ing bhumi Jawa”. Sesuatu pemahaman yang menggambarkan kebesaran alam raya dan secara spiritual memerlukan keseimbangan lingkungan ekologis dengan keseimbangan kehidupan sosial-budaya. Sebuah kondisi hidup yang diharapkan dapat membawa kesejahteraan masyarakatnya. Dari nama proyeknya, tercermin niatan yang cukup luhur. Akan tetapi apakah demikian halnya pada tataran praktek?
Bila melihat prosedur yang ditempuh pelaksana proyek PSJJ yang kurang mengakomodasi aspirasi masyarakat sekitar, bisa dikatakan penggunaan nama Jagad Jawa adalah sebuah penelikungan makna. Banyak pihak yang meragukan terpenuhinya itikad untuk menyejahterakan masyarakat, pasalnya masyarakat sekitar sebagai salah satu stakeholder utama telah ditinggalkan dalam proses penggodogan konsep proyek. Alhasil, ketika usulan proyek ini terpublikasikan kontan menelorkan kontroversi yang ditingkahi dengan hujan protes dan aneka bentuk demonstrasi.
Pihak yang berkeberatan dengan proyek ini pun datang dari beragam kalangan dan dengan berbagai latar alasan. Pernyataan protes tertulis ataupun demonstrasi di jalanan tidak hanya dilakukan masyarakat sekitar dan pelaku wisata yang setiap hari mengais nafkah di kompleks Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB) saja, namun juga dari kalangan seniman, pemerhati dan pegiat konservasi budaya yang tergabung dalam Jaringan Pelestarian Pusaka Indonesia (JPPI), para arsitek dari Forum Arsitek Muda Indonesia (Forum AMI), masyarakat umum dan bahkan masyarakat dunia.
“Kami tidak terima dituding sebagai biang kesemerawutan Borobudur. Kami sudah berjualan sejak jauh sebelum didirikannya Taman Wisata Candi Borobudur,” ujar Basiyo, pedagang asongan yang juga tergabung dalam Paguyuban Masyarakat Peduli Borobudur. Dalam salah satu demonstrasi yang digelar kelompok ini, mereka menyatakan penolakan terhadap PSJJ yang dinilai akan mempersempit ruang gerak pelaku wisata dan hanya akan memberatkan rakyat kecil di sekitar Candi Borobudur. “Lagi pula proyek tersebut tidak aspiratif karena tidak melibatkan kami-kami ini,” tambah Basiyo.
Lain lagi alasan yang dikemukakan oleh Marco Kusumawijaya dari Forum AMI. Marco berpendapat bahwa bangunan komersial seperti PSJJ akan mengacaukan dimensi tata ruang candi Borobudur. “Lokasi bakal PSJJ tersebut masih termasuk dalam medan sakral tata ruang mandala Candi Borobudur,” ujar pakar lingkungan binaan yang juga aktif dalam Jaringan pelestarian Pusaka Indonesia (JPPI) ini. Masih menurut Marco, lokasi bakal PSJJ tepat berada di sisi barat Candi Borobudur yang merupakan sisi reflektif-meditatif. Pada sisi ini semua patung Budha mengambil sikap mendekapkan kedua tangannya, posisi yang memperlihatkan sikap reflektif-meditatif Budha.
Sebagai seorang arsitek, Marco juga menekankan Candi Borobudur mengandung prinsip pengalaman ruang yang tiada duanya di dunia. Tata bangunnya menjanjikan pengalaman ruang yang tak tergantikan oleh apapun, dan oleh sebab unsur ruang dalam arsitektur tidak dapat diajarkan tanpa mengalaminya, maka kelestarian dan keutuhan bangunan beserta keseluruhan tata ruangnya harus tetap terjaga. “Ruang itu sendiri adalah monumen yang juga harus dipertahankan. Karena hilangnya kesempatan mencecap pengalaman arsitektur secara utuh berarti kehilangan pengalaman spiritual yang kaya, bagi bangsa Indonesia maupun umat manusia,” pungkas Marco dengan tegas.
Unesco Mencela
Pernyataan menolak PSJJ juga disuarakan oleh lembaga internasional, semisal Unesco. “Kami tidak mendukung Jagad Jawa, karena saya nilai tidak menyelesaikan permasalahan. Hanya memindahkannya saja.” Demikian diantaranya komentar Phillips Delanghe, program specialist for culture Unesco, ketika bertemu dengan Tim Peduli Borobudur di Jakarta awal Februari lalu. Bahkan Delanghe, atas nama Unesco, telah melakukan audiensi pada menteri terkait dan lobi pada beberapa pribadi pengambil keputusan di tingkat pusat maupun daerah.
Delanghe juga telah mengirimkan laporan ke kantor pusat Unesco di Perancis, diantaranya sebagai rekomendasi untuk melakukan tekanan formal pada pemerintah Indonesia, apabila masukan-masukan Unesco Jakarta tidak dihiraukan. Bentuk tekanan, menurut Delanghe, bisa berupa ditariknya Candi Borobudur dari daftar World Heritage atau pengucilan finansial ataupun non-finansial minimal untuk Borobudur.
Ancaman ini tentu bukan main-main, karena Unesco adalah badan dunia PBB yang telah mengurusi restorasi dan konservasi Candi Borobudur sejak tahun 1973. Meskipun disebut-sebut kontrak Unesco dalam konservasi bakal berakhir pada bulan Juli 2003 ini, lembaga ini masih berkewajiban untuk melakukan pengawasan arah pengelolaan agar tetap berada pada alur konservasi.
Pengelolaan Partisipatif
Dalam pengelolaan kawasan wisata arkeologis, agaknya kita harus banyak berkaca pada negara-negara lain yang juga memiliki warisan budaya skala dunia. Salah satu langkah yang direkomendasikan oleh Bank Dunia, dan menjadi poin pertimbangan utama lembaga ini untuk mengucurkan bantuan finansial, adalah partisipasi masyarakat sekitar situs.
Senada dengan rekomendasi Bank Dunia, Pudjo Kusworo Juliarso menyarankan agar pemerintah daerah maupun pihak yang berwenang untuk mengelola kawasan Taman Wisata Candi Borobudur, ataupun obyek arkeologis bernilai sejarah lainnya yang dijadikan atraksi wisata, untuk mengutamakan pemberdayaan masyarakat setempat. Pelibatan komunitas sendiri diawali sejak gagasan muncul melalui proses penyerapan keinginan ideal masyarakat, baik dalam penyusunan program hingga diwujudkan melalui tindakan realistis.
Saat ini, pola kehidupan wisata di candi Borobudur sudah mulai membentuk simbiosa yang terajut dari peran masyarakat dalam pengelolaan kawasan wisata ini. Interaksi masyarakat dengan pelaku wisata internasional semakin menguat, semisal dalam bentuk penyediaan jasa layanan wisata maupun sarana akomodasi. Bentuk pengelolaan yang bersifat partisipatif, dari segenap stakeholder, akan saling menunjang dan menjadi sintesa atraksi wisata yang utuh dan alamiah. Kehidupan semacam inilah sebetulnya yang ingin disaksikan oleh para wisatawan dunia, bukan sesuatu yang diatur-atur, ditata, dipoles menjadi keindahan artifisial.
Untuk sementara, kemungkinan terkuburnya Borobudur oleh jaring kepentingan ekonomi dapat dielakkan. Dengan demikian, kita masih layak berharap candi Borobudur akan tetap menyuguhkan pesonanya dalam dimensi yang utuh dan menjadi warisan yang akan disyukuri oleh generasi-generasi yang akan datang.
Merentang Sejarah Borobudur
Borobudur adalah salah satu monumen Budha terbesar di dunia. Borobudur di bangun semasa Dinasti Syailendra (750-842 M), atau 300 tahun lebih dahulu dibandingkan kompleks Angkor Wat di Kamboja. Tidak banyak cerita yang bisa diungkap mengenai sejarah awal bangunan yang mengagumkan ini, kecuali diperkirakan pembangunannya melibatkan ribuan tenaga kerja untuk menata dan mengukir sekitar 60.000 m3 batu.
Struktur Candi Borobudur sebagai konstruksi masa lalu cukup mencengangkan. Bayangkan, batu yang dipergunakan sebagai pondasi saja mencapai 11.600 m3. Tinggi keseluruhan Borobudur tadinya 42 meter, namun setelah restorasi terakhir hanya tinggal 34,5 meter. Bangunan yang berdimensi 123 x 123 meter ini terdiri dari 10 tingkatan (Hhumtchambharabudara atau gunung puncak kebajikan dalam 10 tingkatan Bodhisatya). Pada dinding-dindingnya terdapat sejumlah 1.460 panel naratif yang menutupi permukaan seluas 1.900 m2 dan 1212 panel dekoratif pada permukaan seluas 600 m2. Sejumlah 432 patung Budha menghiasi sepanjang selasar dan 72 patung Budha lainnya ditempatkan dalam stupa. Ornamen yang berbentuk stupa mencapai 1.472 buah.
Candi Borobudur yang kita saksikan sekarang adalah hasil dari tiga pemugaran besar. Yang pertama dilakukan pada tahun 1814 oleh H.C. Cornelius berdasar perintah Sir Stanford Raffles, Gubernur Jendral Inggris di Hindia saat itu. Pohon dan semak yang menutupi bangunan candi dibersihkan, dan batu-batu candi dicopot utnuk dipasang ulang. Pembersihan tersebut dilanjutkan oleh Residen Kedu, C.L. Hartman pada tahun 1834-1835, namun kerusakan cukup parah terjadi pada panel-panel relief, sehingga pada tahun 1882 sempat muncul gagasan untuk menyimpan panel-panel relief di museum yang dibangun khusus untuk keperluan itu.
Penemuan pondasi candi oleh J.W. Lizerman pada tahun 1885 mendorong dimulainya pemugaran besar yang kedua pada tahun 1905-1910. Proyek restorasi kali ini dipimpin oleh N.J. Krom dan Th. Van Erp. Mereka juga berhasil membuat dokumentasi lengkap berupa monograf yang berisi foto-foto keseluruhan relief dan patung, termasuk pada bagian dasar yang tersembunyi.
Menanggapi permintaan pemerintah Indonesia pada tahun 1967, UNESCO melakukan proyek restorasi besar yang ketiga dan dilaksanakan hingga tahun 1983. Kontrak pemeliharaan selama 20 tahun juga dicekal oleh UNESCO dan baru akan berakhir pada bulan Juli tahun 2003 ini.